Kosakata - Senandika Puisi
Kosa Kata
Wawan Tallawengkaar
Aku terlanjur tenggelam oleh perasaanku sendiri dan menjadi kosakata yang tak pernah selesai menjadi kalimat.
Di setiap kesunyian yang paling sepi, airmata menukas pada keheningan.
Tak ada sesiapa yang mampu menyelamatkan kosakataku, kecuali kebohongan-kebohongan yang jujur.
Dan sedikit sekali memberikan makna pada serangkaian cerita.
Keheningan berlalu begitu saja tanpa menumpahkan sedikit mantra untuk nyanyian-nyanyian pilu.
Dan meninggalkan rasa sakit yang mulai menelusuri ruang-ruang gelap.
Keberadaanku tak ada lagi yang mengenali kecuali kosakataku sendiri
Dan kepiluan terus bernyanyi hingga petang
Suara nyanyian itu begitu serak, seolah napasnya berpegangan erat pada kerongkongan.
Dan rasa sakit itu menabuh dinding jantung dengan keras.
Telingaku terasa begitu sakit: adakah nyanyian yang lebih mengerikan?
Aku pikir tak ada yang lebih mengerikan selain nyanyian melata dengan nada terpenggal.
Untuk siapa airmata ini jatuh,?
Untuk kebodohanku atau hanya rekayasa pikiran yang menguasai perasaan?
Sepertinya belum ada kalimat yang lahir dari benih airmataku
Akan tetap menjadi kosakata yang menunggu sepasang mata dan jemari untuk menuliskannya menjadi mantra
Dan sebuah kalimat membawaku terbang menemui ajal.
Demak, 06 Maret 2020
Komentar
Posting Komentar