Puisi Suara Hati - Bunga Es
BUNGA ES
Tak ada yang bisa aku lakukan, selain menunggu
Berharap jenuh tak datang menggodaku dan lelah mentertawaiku
Sementara hujan tak henti-hentinya mengibas lembabnya di mataku. Dinginnya yang menggigil meraung-raung di tulangku
Sunyi berdatangan merangkai ratapan pilu
Takkala waktu belum juga datang memberi kepastian jawaban atas segala gundahku.
Sesekali aku sempatkan membaca kembali rencana-rencana
Namun tak satupun aku lingkari sebagai tanda terlaksana
Hujan semakin lebat, aku masih termangu di sudut kota
Dari dalam kotak kaca mini cafe kopiku dingin terjeda
Mungkin semua ini sia-sia, kau hanyalah mempermainkan perasaaku Sebagaimana yang aku dengar dari sebelumku, yang kelelahan mencintaimu. Dan rasa lelah itu mulai mendekatiku dengan menahan tawa beku
Benar saja, kau dan dia melintas dari kejauhan
Berlari-lari kecil di sebuah pertokoan
Kemudian tertawa lepas saling berpelukan
Sebelum akhirnya hilang dari pandangan
Tertawalah ...
Dengan semua kebodohanku, sebab aku pun tertawa pada rindu ini
Lucu ..., ya sangat lucu ... dan rasa cintaku menjadi bahan lelucon yang di tertawai sunyi
Ingin rasanya aku bungkam sunyi yang mentertawai
Lagi-lagi aku enggan, tapi kuberanikan berbincang pada sunyi
Anehnya kami pun tertawa lepas tak tahu diri
Semua yang menghampiriku tertawa Hujan, rindu, cinta, dan yang terakhir harapan, semuanya hanyut di aliran sungai kecewa
Aku kecewa .., ya aku kecewa
Ternyata hanya aku yang berjuang dan tabah meniduri lukaluka
Sementara, duga-duga menjadi terlihat begitu jelas
Melipat pertanyan-pertanyaan yang belum sempat meruas
Dan aku tahu bagaimana caranya mengulas senyum penuh bias
Merekayasa patah hati agar airmukaku tetap selaras
Kelak, ...
Beku bertunas cahaya prisma berbunga, mewangi di cakrawala
Serupa dingin yang memberi kabar tentang cinta
Dan aku tahu bagaimana caranya menyeka airmata
Kemudian menari bersama hujan di dalam dada
Wawan Tallawengkaar
Demak 27 Agustus 2018
Komentar
Posting Komentar