Gerbang Kematian - Mengingat Mati

GERBANG KEMATIAN

Karya: Wawan Tallawengkaar

Sepanjang perjalanan kumenakar jalan-jalan sunyi dan menimbang batu-batu
Belum sampailah pada pengakuan siapa diriku
Aku berhenti sejenak, lalu kulempar mataku pada rimbunnya pohon berakar kesedihan
Daunnya bermotif waru, namun sedikit menguning sampai ujung jangkauan

Nampak begitu menyedihkan, lalu kuambil sisa-sisa keberanian dari kantong bekal
Melangkahkan kaki dengan tubuh gemetar seperti akan menemui ajal
Aku menarik napas begitu panjang hingga dadaku sedikit membusung
Lalu kulepaskan dari dalam hati melewati tenggorokanku, tercekat di langit-langit yang mendung

Aku berjalan melingkar, mengitari pohon tanpa bergumam
Sementara hari masih memajang bintang-bintang di langit malam
Lima kali putaran, lututku tiba-tiba bersimpuh nestapa
Kedua tanganku menengadah, berujar pada penguasa alam semesta

Inikah gerbang kematianku?
Aku berteriak dalam gelap yang membisu
Tiba-tiba saja bintang-bintang runtuh
Tak sampai ke bumi tempatku bersimpuh

Gelap, hitam, kelam, ...
Bergema dalam hatiku, menjadi suram
Ya Tuhan ...., ijinkan aku mengambil mataku kembali
Agar esok pagi, kudapati diriku dalam lingkupan mentari

#rontokankuekering
Demak 09 Agustus 2018



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anglocita

Srengenge - Puisi Bahasa Jawa

Tenggara