Sekujur Rindu Menimang Lara
Sekujur Rindu Menimang Lara
Wawan Tallawengkaar
Aku merindukan basah bibirmu yang selalu diperdebatkan dalam kepalaku.
Tak ada yang bisa dipertaruhkan untuk sekadar menghentikan ingatan tentangmu.
Sekejap waktu sudah cukup untuk memeluk seluruh riwayatmu.
Rindu menjadi baka sebelum detik-detik malam tiada.
Bakarlah tubuhku, agar bayangan tak serta-merta menyalahkan gelap.
Di setiap helaan napas, hampir seluruh rinduku begitu giat mengumpulkan mimpi; berharap bisa bertemu denganmu kembali.
Ketika hujan turun sepanjang hari; ada yang lebih gemuruh dan lebat di dalam dadaku.
Tak ada yang bisa aku lakukan selain merapikan sepi yang kautabur di tubuhku ini.
Aku tuliskan sajak ini untukmu dengan separuh kesedihan yang menyertainya.
Katakanlah kau mencintaiku, berilah aku pelukan yang mampu menopang rapuhnya tulang-belulang dari sekujur rindu.
Namun, cinta tak mampu memperbaiki nasib buruk, di mana aku terjebak di antaranya.
Tanganku tak mampu menggapai ujung jarimu sedikitpun.
Pada hari-hari ketika dinginnya malam merasuk tulangku, sedangkan satu-satunya yang kurindukan adalah pelukanmu.
Suatu saat kau akan membaca sajak ini sebagai daun-daun kering berguguran, meski tiada hembusan angin.
Bersemayamlah dengan tenang di dadaku, kekasih.
Demi sekujur rindu yang tabah menanggung rasa sakit sendirian.
- by Wawan Tallawengkaar
30 Nov 22
Komentar
Posting Komentar