Aku dan Puisi dalam Sajak Cinta
RONTOKAN KUE KERING
Aku terhenyak
Di malam nyenyak
Terjaga di bibir ranjang
Aku telanjang tak berkalang
Di kolong dipan usang
Suara letih merintih jalang
Memantul di lantai menelisik
Berdebu, tanpa jejak rinduistik
Kabar senyum
Pada puisi ranum
Hanya tersisa wanginya
Bersama bayangan di kepala
Sebatang pena tanpa tinta
Aku berdiri dan memeluknya
Memupus sebuah harapan fajar
Untuk menari di lembar tak berujar
Di mejaku
Spora tumbuh berpilu
Dari remahan pemuas nafsu
Ada, di mana hati mulai cemburu
Aku ...
Terlalu dungu
Rindu menjadi bangsat
Pada cinta yang terlaknat
Kembali aku meremah terbaring
Sebagai rontokan kue kering
Hanya sisa-sisa tak kuasa
Aku, serupa malapetaka
Wawan Tallawengkaar
Demak, 12 April 2018
Komentar
Posting Komentar