Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Srengenge - Puisi Bahasa Jawa

Gambar
Srengenge Srengenge budal Wulane mencolot neng latar Wayahe bocah-bocah podo ramon Srengene nek bengi ora panas Jare si cempluk Esuk tangi Srengengene menthungul Teko wetan madangi jagat Wayahe wong tani podo babat Jare mbah Paijem Srenggenge Cahyane tekan bumi Tapi hurung ono wong nglungguhi Ora tekan, kejobo cahyane de'e Jare kang juned Lah kae kok srengenge ireng? Meremo le, ngumpet neng longan Neng opo mbah? Meneng wae Le?! Mengko ndak dipangan betoro suryo!! #rontokankuekering

Bila Aku Pulang

BUKALAH PINTU BILA AKU PULANG Karya: Wawan Tallawengkaar Rinduku berlapis mengendap ikhlas Sedari mataku bersandang hingga pulas Mentari pagi seakan menghiburku bersenandung Menari di atas daun bercabang kicau burung Jarak rentang tanah dan waktu selalu membait rindu Kuingin pulang namun hati jelang tak berpuan padamu Pagi, siang dan malam, celoteh mungil Meninggi di atas awan, menggigil Hangat pelukan segera terkabar di depan pintu Sehangat rindu, jari-jariku mulai mencumbu Kata-kata yang terangkaikan puisi Bukalah pintu, ketika kupulang penuh diksi Untuk menghamburkan rindu pada buah hati Setiap hari alam semesta berpantun Semanis iringan do'a yang berayun Bukankah seharusnya tiada hari cemasku Namun, simbol berpintu enggan kurindu Satu persatu kata-kata tak mau terangkai Aku tak sanggup, tiada lagi puisi tergapai #rontokankuekering Demak 19 Mei 2018

Puisi Kontemplasi - Tirakat

T I R A K A T Karya: Wawan Tallawengkaar Segelas tuak pernah kureguk Sampai terkapar di ujung tanduk Jatuh di kubangan betis Terjulur lidah tercekat gadis Terpuan pada semburat imaji Menikam pola di hati Porak-poranda mengiang sangkal Tenggelam di aliran dangkal Terompah usang jajarkan sunyi Sekitar diri melantak mati Batin terhendak pada puan Namun nyata ada di pembaringan Nyata, pun ... Aku tertegun Kesepian Tanpa helaan

Kerelaan Cinta

Gambar
SEDIAKALA Hampir tiga purnama aku melantas pergi Meninggalkan tanah bercelak kaladiri Tak adapun seperti dulu termimpi Jejakku mulai terhapus sunyi Aku ingat bajubaju terlipat Di almari yang tiada lagi kulihat Wangiwangi yang bergema dihasrat Kini terpasung diri kenangan, merambat Kusempatkan mataku mengeja wajahmu Berharap senyum itu seperti yang dulu Namun, darah bening mengalir biru Tiada terasa ragaku ber-ambigu Tak bisa kuletakan selasar rindu Seperti sediakala, ketika sematamu Ahh .., agaknya sebiasa berbeda dirimu Ketika kuletakan kekuatan cinta di adamu Wawan Tallawengkaar Demak 14 Mei 2018

Jatuh

PERIHAL JATUH Rupannya aku terlalu angkuh Terbang menembus tabir ruh Rupanya aku terlalu congkak Mendongak tempurung otak Perihal jatuh, Aku meletih berpeluh Melayang di atas angkasa Bagaimana aku jatuh tanpa raga? Perihal luka, Bagaimana aku terluka? Sementara raga tiada darah Hanya saja, mungkin mati dengan pasrah Perihal mati, Baru kali ini terasa diri Menghela tanpa napas Beranjak tanpa tilas Perihal jatuh berluka, kemudian mati Tak ada pembeda, sama terberi Perihal jatuh cinta, tiada logika Bisa saja aku mati karena cinta Wawan Tallawengkaar Demak 10 Mei 2018

Retakan Cinta

RETAKAN PERTAMA Karya: Wawan Tallawengkaar Semburat halus menjalar spora Bersimak tegun di beranda Menumbuh retak sampai repih Aku mulai berjalan tertatih Di buritan bergugus sunyi Melingkari diri dengan mantrapati Sebelum akhirnya menjadi rempah Serupa racun menelan sumpah Alpaprana terangkai puisi patah Sebilah lidah menghujam lampah Setonggak rasa terlunta lunta Dihembus angin terikat mata Retakan menjadi celah pijakan Menjejak sebuah bayangan Melingkup mataku terpejam Meniduri puisi kelam #rontokankuekering Demak 10 Mei 2018

Dalam Puisi

AKU DALAM PUISI II Karya: Wawan Tallawengkaar Scene ketigabelas ... Ekstras Di luar pagar berjeruji daun lumut Lalu lalang kunangkunang Intro Setibaku di ujung halaman Menenteng berkas kenangan Dialog "Hai kunangkunang ..., maukah kau mengeluarkanku?" Tak ada jawaban "Hai bodoh ...!! Kau adalah puisi ..!" Suara dari balik tuding Continity Setumpuk berkas dan wajahku yang berarang Meninggalkan puisi di sepunggung rumput #rontokankuekering

Mencintaimu dalam diam

KETIKA SEMUA BERJALAN BEGITU CEPAT Aku terlalu lelah ...  Berilah aku waktu sebentar saja Untuk membasuh lukaku Aku mencintaimu dalam diam Jika itu sebuah pengorbanan Demi aku, kau dan dia Ketika semua berjalan begitu cepat Aku rela berhenti dalam sunyi Bersama luka di hati Ketika kau hadir dalam hidupku Malam tak berbintang begitu terang Senyummu mampu menebas sisi gelapku Waktu berlalu begitu cepat Aku, kau dan dia Adalah sebuah kenyataan Aku tetap di sini Berhenti dalam sunyi Ber-elegi Wawan Tallawengkaar Demak, 08 April 2018

Berkabung dalam Puisi

PUISI BERKABUNG Karya: Wawan Tallawengkar Aku kumpulkan diksi yang berdebu Di altar pemujaan, aku tertunduk lesu Telah sampailah waktu yang ditunggu Bara tak lagi merangah dan merindu Pada api yang menjilati kayu-kayu Tinggalah aku berkalang kelabu Meratap pada langit tak beratap Berdoa pada penguasa terang gelap Berseminya bulan tanpa sabit, kulelap Namun, ketika embun meneteskan harap Tak jua mentari menyisihkan awan biru Hanya terik mencerai angin perindu Terlunta cinta tanpa kehadiranmu Di atas meja, kertasku menguning Terlalu tua, berkisah kasih nan bening Jemari tiada kuat lagi menopang pena Mataku tiada lagi mampu berkelana Mengeja kata-kata tentang cinta Diksiku telah diselimuti debu Kulipat meja di kantongku Lalu pejamkan mataku #rontokankuekering Demak, 05 April 2018

Aku dan Puisi dalam Sajak Cinta

Gambar
RONTOKAN KUE KERING Aku terhenyak Di malam nyenyak Terjaga di bibir ranjang Aku telanjang tak berkalang Di kolong dipan usang Suara letih merintih jalang Memantul di lantai menelisik Berdebu, tanpa jejak rinduistik Kabar senyum Pada puisi ranum Hanya tersisa wanginya Bersama bayangan di kepala Sebatang pena tanpa tinta Aku berdiri dan memeluknya Memupus sebuah harapan fajar Untuk menari di lembar tak berujar Di mejaku Spora tumbuh  berpilu Dari remahan pemuas nafsu Ada, di mana hati mulai cemburu Aku ... Terlalu dungu Rindu menjadi bangsat Pada cinta yang terlaknat Kembali aku meremah terbaring Sebagai rontokan kue kering Hanya sisa-sisa tak kuasa Aku, serupa malapetaka Wawan Tallawengkaar Demak, 12 April 2018

Rahasia Cinta

T E L I K S A N D I Selisih batas di ujung diorama Parihal jaka melipat mata Bersedaku di kerumunan asmara Memungut jantung seorang dara Berlari menerjang hujan Terseret kaki bekas patahan Menyudahi segala tangisan Melepas jubah penderitaan Misteri mengalungi pikirannya Terkutuk di setiap langkahnya Melingkari almanak terencana Menandai semak tak berbunga Sebuah nama, tersimpan tanda Petunjuk cinta yang purbaya Janji yang belum laksana Agar rindu tak lagi maya Wawan Tallawengkaar Demak, 27 Maret 2018

Elegi Sunyi

TEPIAN JALAN SUNYI Karya: Wawan Tallawengkaar Aku berjalan pelan Melewati hutan kenangan Kemudian menepi di rumah kayu Renta menghuni semakhluk rindu Arah mata angin mulai cemas Di tepian jalan penuh luka Tertatih menggenggam asa Di kesunyian malam tak selaras Di balik pintu tak berukir Sepotong cinta terbujur kaku Di bibir ranjang takdir Duduk termenung serupaku Di tepian jalan sunyi Helaan nafas terhenti Tersimpul tali mati Terajah patah hati #rontokankuekering Purworejo, Maret 2018

Puisi Kontemplasi - Setampan Daki

Gambar
SETAMPAN DAKI Sekiranya peluh menawar musim Di empat penjuru mata Mim Sepinta raga menggenggam Apa yang tersimpan setubuh Lam Rahasia tegaknya alif Melingkari dunia dengan arif Sekumpulan debu mengisah Di atas bumi merupa khalifah Celaka, batu begitu tampan Sembunyi di balik tatapan Daki begitu manis Di balik wajah bengis Sekiranya peluh meneteskan darah Hitamnya langit seakan tumpah Di sudut malam yang sunyi Air mata tak dapat sembunyi Di retakan kaca Wajahku tak terbaca Di genangan tak bertepi Wajahku terlihat setampan daki Wawan Tallawengkaar Purworejo, 13 Maret 2018

Puisi Elegi

Gambar
ELEGI PUISI Sekiranya hati melembarkan Ribuan duri menancap perlahan Jemariku menyusun diksi kesedihan Berbaris frasa pilu yang meluluhlantakan Linangan bening mengurungkan berpena Lembaran kertas terlalu basah karenanya Lalu kemana puisi? Murung tak bernama Melarikan diri dari halaman purnama Cinta, menjadi kata yang kulingkari Menanda hati yang tersakiti sepi Malam, melepas hujan belati Menjadi puisi paling elegi Di dinding hijau tosca Wajah seorang dara Tak dapat lagi kueja Walaupun alpaprana Di lembar langit malam Bintang seakan terpejam Menyimpan sebuah dendam Dari hati legam yang paling kelam Wawan Tallawengkaar Demak, 31 Maret 2018

Kontemplasi - Sebadan di Ruang Tunggu

Gambar
SEBADAN DI RUANG TUNGGU Wawan Tallawengkaar Jalan berlubang penuh bualan Genangan keruh di ujung jalan Umpatan dan serapah kenikmatan Menunggu desakan kepala tertawa Bersetubuh dengan setumpuk dosa Melipat kantong bocah telanjang dada Di trotoar bermarka buta Gadis kecil menenteng kepala Menderai tangis tiada tara Mencari induk di keremangan Berlusuh debu mengikat kenangan Sebentuk wajah di mana gerangan Derap langkah sepatu mengkilap Terburu, di lantai licin yang kalap Membawa otak dalam gawai pengap Terjatuh di kubangan manipulasi Begitu dalam sampai lupa diri Kemudian menangis di malam hari Di loket waktu yang terbingkai Berbaris bangkai tanpa kaki Kepala terpisah di ujung jari Menunggu jarum jam yang rancu Menunjuk angka satu persatu Sebadan berdesak di ruang tunggu Di mana kepalaku? Mungkinkah tertukar dengan batu? Bukankah jiwaku di sana? Menunggu sebuah karma? Demak, 13 April 2018

Puisi Tanpa Puisi

Gambar
PUISI TANPA PUISI Wawan Tallawengkaar Sebenarnya kuingin tidur Sebelum perut mulai lapar Memimpikan gadis pelayan toko sepatu Yang tersenyum kala menyapaku Agar besok pagi terbangun badan Di atas kardus sisa pelampiasan Penaku tak lagi menari beraturan Di atas kertas yang mulai bosan Di selokan kering Tikus berebut sepotong daging Dari kawanannya sendiri Demi mengganjal perut sendiri Di kantung mata Puisi tak mendapati kata-kata Sajak menghilang tanpa jejak Diksi sembunyi di balik celak Tigapuluh hari terkapar Puisi menahan lapar Menghitung hari Setengah mati Seharusnya aku sedang bermimpi Tentang gadis pelayan toko tadi Kenapa mataku masih menggantung Di kepala yang sedikit murung Di ujung malam Aku terdiam Tanpa puisi Purworejo, Maret 2018

Puisi Suara Hati - Pamit

Gambar
PAMIT Wawan Tallawengkaar Jika puisiku berhidung belang Rangkaian kata serupa dusta Jika puisiku menyebalkan Hujanilah dengan cacian Katakataku berserakan Tersemai di tiap jengkal tatapan Mencurigakan di balik rayuan Terseret ke dalam kebencian Meretakkan sepotong harapan Diksi mana yang aku harapkan Jika frasa menjadi kerancuan Bertarik mundur di perjalanan Atas nama katakataku Sepertinya, sajakku meng-ambigu Dengan segala kehinaanku Aku merebahkan frasa Pada penguasa puisi alam semesta Sepinta harap raga tiada sempurna Jika puisiku tercela Sebutlah aku penjahat kata Dan, Jika puisiku mati Aku undur diri Maafkanlah, Aku hanyalah penciprat kata Yang tiada sempurna

Puisi di Antara Sajak

Gambar
DI ANTARA SAJAK Wawan Tallawengkaar Kutak menuliskan puisi tentangmu Terlalu lancang, sebab aku ragu Seberapa kuat menuliskanmu Sepertinya aku tak mampu Puisi semesta parasmu Bianglala senyummu Aku tak merayumu Nan tak buatku Di matamu Tersimpan haru Biru sebegitu rancu Setubi lidah mengandulu Lobus frontalis tajam mengiris Tersembunyi ribuan lipat garis tipis Melantaskan renik - renik mutiara gadis Di balik bulan bersabit, tanganmu nirlukis Demak 17 Mei 2018

Bilik Elegi Puisi

Gambar
B I L I K Wawan Tallawengkaar Setiba Di beranda Hujan purnama Sebintang lelananya Sekitaran temaram lampu Wajahku terpantul hitam kelabu Bukan cermin yang tersudi melacurku Segelapnya debu, mataku berekor palsu Sekelebat bayangan bermata cahaya Terbang melayang di langit bertala Tak mampu kusandangkan cinta Dengan jemariku yang secela Hatiku bimbang sekubang Sepatahnya hati hilang Semakin berkalang Sebuah kenang Satudua Ketiga Dia Ia Lalu Diamku Sebencimu Di sekujuranku Demak 16 Mei 2018